JABARTRUST.COM, KOTA BANDUNG – Kota Kembang Bandung yang dikenal dengan suasana sejuknya menjadikan diskusi mendalam semakin asyik bersama Sinyo Hendrik, seorang figur yang dikenal karena pemikiran-pemikirannya yang inspiratif. Dalam pertemuan kali ini, ia mengajak kita melihat cinta dari sudut pandang yang berbeda.
“Selain cinta itu buta, tuli, bisu, dan tidak mengerti, ada dimensi lain yang sering terabaikan,” ujar Sinyo di awal perbincangan, Kota Bandung, Senin, (25/11/2024). Pernyataan ini langsung memancing perhatian, memberikan kesan bahwa diskusi tidak akan berkutat pada klise cinta semata, tetapi pada makna yang lebih luas dan mendalam.
Menurut Sinyo, cinta sering kali dimaknai dengan sederhana, rasa yang membawa kebahagiaan atau bahkan pengorbanan. Namun, ia mengingatkan bahwa cinta juga bisa menjadi sesuatu yang Buta terhadap kenyataan, Tuli terhadap nasihat, Bisu terhadap kejujuran, dan Tidak Mengerti terhadap kebijaksanaan.
“Buta karena cinta sering mengaburkan kebenaran. Kita melihat apa yang ingin kita lihat, bukan apa yang sebenarnya terjadi. Ketika cinta menjadi tuli, ia menutup telinga dari suara-suara yang memberikan peringatan. Dan ketika cinta bisu, ia kehilangan keberanian untuk mengungkapkan apa yang dirasakan. Sementara, tidak mengerti? Itu adalah saat cinta menjadi membingungkan, bahkan untuk pemiliknya sendiri,” jelas Sinyo dengan nada tegas namun penuh makna.
Namun, Sinyo tidak berhenti di sana. Ia menyatakan bahwa semua sifat ini adalah bagian alami dari cinta manusia. Tantangannya, menurutnya, adalah bagaimana seseorang bisa mengenali sisi-sisi ini dan belajar dari pengalaman yang muncul karenanya.
Berlatar di Bandung, kota yang dikenal dengan kehangatan warganya, Sinyo menyoroti bagaimana cinta juga bisa menjadi sumber harmoni. Ia mengambil contoh interaksi antarwarga kota yang sering kali menunjukkan rasa saling peduli, meskipun tidak saling mengenal.
“Bandung itu tempat yang penuh cinta. Tapi cinta yang saya maksud di sini bukan sekadar hubungan romantis. Lihat bagaimana orang-orang di sini membantu satu sama lain, bagaimana kreativitas tumbuh subur dari rasa cinta pada kota ini. Itu semua bagian dari cinta yang lebih luas,” katanya sambil tersenyum.
Sinyo juga mengingatkan bahwa cinta harus dibarengi dengan kesadaran. “Kesadaran itu penting. Jangan sampai cinta membuat kita terperangkap. Justru, cinta yang sejati adalah yang membuat kita menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri,” tambahnya.
Di akhir pertemuan, Sinyo mengajak audiens untuk merenungkan peran cinta dalam kehidupan mereka. Ia mengingatkan bahwa cinta tidak selalu tentang kesempurnaan, melainkan tentang proses belajar dan bertumbuh.
“Cinta itu perjalanan, bukan tujuan akhir. Dalam perjalanan itu, kita akan menemukan banyak hal yang mungkin terasa pahit. Tapi dari situ, kita akan belajar makna hidup yang sesungguhnya,” tutupnya.
Perbincangan ini meninggalkan kesan mendalam bagi siapa saja yang hadir. Bukan hanya tentang cinta sebagai hubungan personal, tetapi juga tentang bagaimana cinta memengaruhi cara kita memandang dunia.
Bandung, seperti biasa, menjadi tempat yang tepat untuk merefleksikan hal-hal mendalam seperti ini. Di tengah hiruk-pikuk kota, kata-kata Sinyo terasa seperti oase yang menyegarkan jiwa.