JABARTRUST.COM, BANDUNG, – Produk fashion rajut dari Binong Jati kini telah merambah pasar internasional. Rizki Fashion, salah satu perajin rajut di Binong Jati, sudah mengekspor produknya ke Korea Selatan. Bahkan, fashion rajut Binong Jati sudah menjadi tren di kalangan selebriti di negara tersebut.
Rizki Fashion adalah salah satu dari 400 perajin rajut Binong Jati yang terus bertahan dan eksis meski harus bersaing dengan produk fashion lain dan menghadapi tantangan pandemi Covid-19.
Binong, yang terletak di Kota Bandung, dikenal sebagai Kampung Rajut sejak tahun 1970-an. Namun, rebranding menjadi Kampung Rajut baru dilakukan pada tahun 2014. Di daerah ini, sekitar 400 perajin rajut beroperasi, dengan masing-masing perajin mempekerjakan 10-20 karyawan, sehingga sekitar 4.000 tenaga kerja terlibat di dalamnya. Kini, para perajin sudah mencapai generasi ketiga.
Produk rajut telah beralih menjadi tren pakaian sehari-hari, mulai dari ciput, kerudung, konektor masker, sweater, cardigan, rok, hingga kaus kaki. Para perajin juga telah memanfaatkan pemasaran online, yang terbukti efektif meningkatkan pendapatan hingga tiga kali lipat dibandingkan pemasaran konvensional. Mereka rajin mencari tren yang sedang populer di media sosial dan secara konsisten melakukan branding dan membuat konten media sosial.
Para perajin Rajut Binong Jati juga telah menjalin jejaring usaha dengan pekerja migran di Singapura dan Malaysia, serta mengekspor produk ke Amerika Serikat, seperti puluhan ribu lusin kupluk.
Pj Walikota Bandung Tinjau Perajin Rajut Binong Jati
Pada Minggu, 12 Mei 2024, Pj Walikota Bandung, Bambang Tirtoyuliono, melakukan peninjauan mendadak ke kawasan perajin rajut Binong Jati. Kunjungan ini menjadi dorongan motivasi bagi para perajin untuk mengembangkan usahanya. Para perajin memberikan apresiasi terhadap perhatian yang diberikan oleh Bambang, khususnya terkait rencana penataan akses menuju kawasan Rajut Binong Jati yang masih kurang memadai, serta branding dan promosi produk yang dirasa belum maksimal.
Bambang menyatakan bahwa Pemkot Bandung akan memaksimalkan potensi Sentra Rajut Binong secara bertahap, terutama dalam hal infrastruktur dan branding produk. “Kita harus berani membuat branding sehingga kita bisa menjadi produsen yang berkelas,” ujar Bambang saat memantau kawasan sentra rajut Binong Jati.
Dari hasil pantauannya, Bambang menemukan bahwa sekitar 400 perajin masih eksis dan telah bertransformasi menggunakan mesin dalam proses produksi. Selain itu, ada berbagai produk UMKM selain produk fesyen, seperti makanan dan minuman. Bambang melihat ini sebagai potensi yang perlu dioptimalkan sebagai bagian dari re-branding kawasan.
Bambang juga mengungkapkan bahwa transformasi dari padat karya menjadi padat modal di kawasan ini perlu disikapi bersama. Dengan kualitas dan kuantitas produksi yang memenuhi target, para pengusaha di Binong Jati dapat terus mengekspor produknya.
Ke depan, Pemkot Bandung berencana berdiskusi dengan aparat kewilayahan dan pelaku usaha untuk mengoptimalkan potensi kawasan ini. Selain produk rajut yang legendaris, sisi kearifan lokal juga akan dipublikasikan lebih jauh. “Mari kita gali, kemasan-kemasan ini bisa menjadi sesuatu yang keren dan menjadi merchandise Kota Bandung,” tutup Bambang.