Jejak Gamelan Sari Oneng di Peresmian Menara Eiffel Paris

Jabartrust.com, Bandung, – Menara Eiffel di Paris, Prancis, adalah salah satu ikon paling terkenal di dunia, namun mungkin tidak banyak yang tahu bahwa warga Indonesia, yang pada saat itu tengah di bawah pemerintahan Hindia Belanda, berperan dalam peresmian menara tersebut. Peristiwa ini terekam dalam tulisan seorang jurnalis Eropa bernama Frantz Jourdain yang memuatnya di beberapa koran.

Warga Indonesia yang ikut serta dalam peresmian Menara Eiffel adalah para pemain gamelan dan penari ronggeng dari kelompok Sari Oneng. Mereka adalah pekerja perkebunan teh Parakansalak, Sukabumi. Peresmian Menara Eiffel ini adalah bagian dari pameran dunia bertajuk Exposition Universelle yang berlangsung selama enam bulan dari 6 Mei hingga 6 November 1889 di kaki Menara Eiffel, bertepatan dengan peringatan 100 tahun Revolusi Prancis.

Baca Juga :  Polres Kuningan Tindak 1.530 Pelanggar Operasi Zebra Lodaya 2022

Dalam pameran tersebut, Hindia Belanda membangun paviliun Le Village Javanais atau Desa Jawa. Para pemain gamelan Sari Oneng dari Parakansalak menampilkan seni dan budaya Jawa di paviliun ini. Tujuan mereka adalah untuk memperlihatkan kepada dunia kedigdayaan koloni Hindia Belanda di bidang seni dan budaya.

Pihak Javasche Bank, yang dipimpin oleh Van den Berg, bekerja sama dengan keluarga Kerkhoven dan Mundt dari Perkebunan Sinagar dan Parakansalak, Sukabumi, untuk menghasilkan anggaran yang dibutuhkan. Mereka juga membujuk Sekretaris Englisch Indische Company, HP Cowan, untuk bergabung dalam kunjungan ke Sukabumi dan menyaksikan pertunjukan gamelan dan tari ronggeng Sari Oneng.

Kemudian, mereka berhasil membujuk para pemain gamelan Sari Oneng untuk berangkat ke Paris dengan menawarkan iming-iming berupa pembangunan kedai teh dan bangunan di Pelabuhan Tanjung Priuk, serta sarana lain yang akan dipamerkan dalam stand Kampung Jawa di Paris.

Baca Juga :  Kota Bandung Terapkan Wolbachia untuk Cegah DBD

Sebanyak 40 orang, termasuk 22 pemain gamelan dan angklung serta lima penari wanita, dikirim ke Paris sebagai delegasi dari Kampung Jawa dan Sari Oneng. Yang unik adalah bahwa penyandang dana untuk perjalanan ini bukanlah pemerintah Hindia Belanda, melainkan dua tokoh, Kerkhoven dari Sinagar dan Mundt dari Parakansalak.

Mundt menyediakan gamelan, wayang golek, dan para musisi, sementara Kerkhoven selain sebagai penyandang dana juga mengirimkan sebagian orang untuk menyediakan teh terbaik yang diberikan secara cuma-cuma di Paris. Mereka berperan penting dalam memperkenalkan budaya Indonesia di pameran dunia tersebut.