Melihat Hikmah Ilahi di Balik Setiap Kejadian, Pandangan Bijak tentang Fenomena Sosial

JABARTRUST.COM, KOTA BANDUNG – Adab, akhlak, dan ibadah merupakan tiga elemen fundamental yang membentuk karakter individu sekaligus masyarakat. Meski sering dianggap serupa, ketiganya memiliki peran dan dimensi yang berbeda, namun saling melengkapi. Narasumber, Yadi Sholeh, memberikan penjelasan mendalam tentang pentingnya memahami dan menerapkan ketiga elemen ini dalam kehidupan sehari-hari.

Yadi mengungkapkan, adab adalah bentuk penghormatan terhadap tata krama yang telah disepakati dalam interaksi sosial. Ia menjadi salah satu wujud awal dari kesopanan manusia dalam menjalankan perannya di masyarakat.

“Adab itu seperti pintu gerbang,” ungkap Yadi, Jumat, (06/12/2024). “Orang dengan adab yang baik akan lebih mudah diterima dalam pergaulan.” Dalam kehidupan sehari-hari, Saling menyapa dengan ramah, Mengucapkan salam saat bertemu, Memenuhi undangan dengan tulus, dan Berbagi makanan kepada tetangga atau yang membutuhkan.

Ia menegaskan, adab mengajarkan sikap saling menghormati dan menjaga keharmonisan dalam hubungan sosial. Namun, adab saja tidak cukup. Jika adab tidak didasarkan pada akhlak yang tulus, ia bisa menjadi sekadar kepura-puraan yang akhirnya menimbulkan kesan sombong atau angkuh.

Ia pun melanjutkan, berbeda dengan adab, akhlak mencerminkan nilai-nilai luhur yang berasal dari hati. Jika adab adalah tata krama eksternal, maka akhlak adalah komitmen internal yang mengatur niat dan tujuan dari setiap tindakan.

Baca Juga :  Jadwal Imsakiyah Untuk Kota Bandung Dan Sekitarnya

“Akhlak merupakan manifestasi dari kesalehan spiritual seseorang,” tegas Yadi. Akhlak yang mulia, Berbuat baik kepada orang tua, Memuliakan tetangga, Menegakkan keadilan, Jujur dalam perkataan dan perbuatan, Memiliki sikap pemaaf, serta Bersikap murah hati.

Yadi menegaskan, “Adab tanpa akhlak hanya akan menghasilkan kesombongan, sedangkan akhlak tanpa adab menciptakan kekosongan perilaku.” Dalam pandangannya, seseorang yang benar-benar memiliki akhlak mulia akan secara otomatis memiliki adab yang baik, karena akhlak merupakan fondasi utama.

Ia mengutip, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam menguatkan hal ini, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”

Bagi umat Islam, ibadah bukan hanya kewajiban, tetapi juga sarana mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki kualitas diri. Menurut Yadi, akhlak yang mulia tidak mungkin tercapai tanpa ibadah yang benar.

“Ibadah itu seperti akar pohon,” jelas Yadi. “Jika akar itu kuat, maka pohon akan tumbuh kokoh dan menghasilkan buah yang baik. Akhlak adalah buah dari ibadah.”

Ia mengungkapkan, shalat, puasa, zakat, dan ibadah lainnya bukan hanya sekadar ritual, tetapi harus dihayati sebagai cara membangun kedekatan dengan Allah. Ibadah yang dijalankan dengan kesungguhan akan melahirkan kesabaran, kejujuran, keikhlasan, dan cinta kepada sesama. Sebaliknya, seseorang yang lalai dalam ibadahnya sering kali menunjukkan akhlak yang buruk.

Baca Juga :  Milad 11 SMKN 4 Banjar Gelar Gebyar Edukasi Kurikulum Merdeka Belajar

“Maka jika adab seseorang buruk, bisa jadi ada yang salah dalam ibadahnya,” ungkap Yadi. Ia mengingatkan bahwa ibadah harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan agar mampu membentuk akhlakul karimah (akhlak mulia).

Adab, akhlak, dan ibadah adalah elemen yang saling terkait. Ibadah menjadi fondasi spiritual, akhlak menjadi cerminan hati, dan adab menjadi wujud nyata dalam kehidupan sosial. Ketiganya harus berjalan bersama untuk menciptakan kehidupan yang harmonis, lanjutnya.

Yadi memberikan analogi menarik, “Seseorang tidak bisa merasa kenyang jika ia tidak makan. Begitu pula, akhlak dan ibadah tidak bisa dipisahkan. Akhlak adalah hasil dari ibadah yang benar.”

Jika adab dan akhlak seseorang buruk, ini menjadi indikasi bahwa ada kekurangan dalam kualitas ibadahnya. Sebaliknya, ibadah yang dilakukan dengan benar akan menghasilkan manusia yang tidak hanya beradab, tetapi juga berakhlak mulia, tambahnya.

Menanggapi berbagai kejadian viral yang sering memancing opini masyarakat, Yadi mengajak untuk tidak cepat menghakimi. “Kita harus melihat segala sesuatu dengan kebijaksanaan. Kejadian apapun, baik atau buruk, pasti memiliki hikmah yang telah ditentukan oleh Allah,” ujarnya. Ia mengutip firman Allah, “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia.” (QS. Ali Imran: 191)

Baca Juga :  Kent Tattoo Studio, Rumah Seni Tato Legendaris di Bandung, Sang Pionir Masih Berkarya

Menurut Yadi, setiap peristiwa yang terjadi adalah bagian dari skenario Allah. Meski tampak menyakitkan di awal, sering kali kejadian itu membawa kebaikan di kemudian hari. Oleh karena itu, ia mengingatkan umat untuk menjadikan setiap peristiwa sebagai pelajaran dalam memperbaiki diri, terutama dalam hal adab, akhlak, dan ibadah.

Ia berpesan, adab, akhlak, dan ibadah adalah tiga pilar utama yang membentuk karakter manusia dalam Islam. Ketiganya tidak hanya membangun hubungan manusia dengan sesama, tetapi juga menghubungkan manusia dengan Allah.

“Jika ingin menjadi manusia yang paripurna, maka kita harus menyatukan ketiga elemen ini,” pesan Yadi Sholeh. Dengan menjaga adab, memperkuat akhlak, dan memperbaiki ibadah, seseorang tidak hanya akan menjadi pribadi yang mulia, tetapi juga membawa manfaat bagi lingkungan sekitarnya.

Pada akhirnya, harmoni antara adab, akhlak, dan ibadah adalah jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, pungkasnya.***(diwan)