Ngamandian Goong Si Beser, Ritual Minta Hujan Tradisi Kampung Jajaway

Jabartrust.com, Bandung Barat, – Kampung Jajaway di Desa Nangerang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, adalah tempat yang penuh dengan tradisi dan kebudayaan yang kuat. Salah satu ritual tradisional yang paling menarik di kampung ini adalah Ngamandian Goong Si Beser, sebuah upacara kuno yang berkaitan dengan cuaca dan kepercayaan lokal. Berikut adalah kisah menarik di balik ritual ini yang melestarikan warisan budaya yang berharga.

Meminta Hujan saat Kemarau Panjang

Ngamandian Goong, atau sering disebut memandikan gong, adalah ritual yang digelar untuk meminta hujan, terutama saat kemarau panjang melanda. Ketika musim kering berkepanjangan dan tanah mengering, masyarakat Kampung Jajaway berbondong-bondong mengikuti upacara ini untuk mencari berkah hujan.

Upacara dimulai dengan pawai yang mengesankan, membawa alat musik khusus yang disebut Goong Si Beser ke sumber mata air Tarengtong di kawasan desa. Para sesepuh kemudian secara hati-hati memandikan gong tersebut, lalu memukulnya dengan penuh semangat. Ritual ini diiringi dengan salat istisqa dan doa-doa untuk memohon hujan. Semua upaya ini ditutup dengan makanan bersama, biasanya dalam bentuk tumpeng.

Baca Juga :  Ghina Rabbani Wasisto, Caleg Muda PDIP Berdialog di Pasar Semampir dan Kampanyekan Ganjar-Mahfud MD

Ritual yang Khusus dan Berharga

Gong yang dimandikan selama upacara bukanlah gong biasa. Itu adalah peninggalan berharga yang diwarisi dari para sesepuh kampung. Dengan turun-temurun, Goong Si Beser tetap sama dan dipelihara dengan penuh rasa hormat. Tidak sembarang orang diizinkan memukul gong ini, dan ada prosesi upacara yang harus diikuti.

Hubungan dengan Kesenian Angklung Buncis

Ritual Ngamandian Goong Si Beser sangat terkait dengan kesenian tradisional kampung ini, yaitu angklung buncis. Musik angklung dan dogdog mengiringi seluruh rangkaian upacara ini. Angklung Buhun Buncis di Kampung Jajaway memiliki nada-nada arkaik, yang disebut nada pentatonik, menciptakan suara yang khas. Ini berbeda dari angklung modern yang memiliki lebih banyak nada.

Baca Juga :  Satnarkoba Polres Cirebon Kota Tangkap Pengedar 1 Kg Ganja

Angklung buncis juga terkenal dengan bahan bambunya yang unik. Biasanya, alat musik angklung terbuat dari bambu hitam, tetapi di Kampung Jajaway, mereka menggunakan bambu ater atau buluh Jawa, memberikan karakteristik yang berbeda pada suara angklung mereka.

Selain dari perbedaan dalam suara, angklung buncis memiliki banyak variasi dalam lagu yang dapat dimainkan, mencakup berbagai aspek budaya, seperti ritual pertanian hingga perayaan pernikahan.

Melestarikan Kekayaan Budaya yang Tak Ternilai Harganya

Kampung Jajaway dan masyarakatnya telah berkomitmen untuk melestarikan ritual Ngamandian Goong Si Beser dan seni angklung buncis. Ini adalah contoh bagaimana tradisi lokal dapat hidup dan berkembang di tengah arus modernisasi. Ritual ini bukan hanya tentang memohon hujan, tetapi juga tentang memelihara identitas budaya dan warisan leluhur yang tak ternilai harganya.

Baca Juga :  Pasca Jadi Syarat Mudik, Vaksinasi di Subang Meningkat

Melalui ritual yang khusus ini, masyarakat Kampung Jajaway terus merayakan tradisi mereka, memastikan bahwa cerita dan suara angklung buncis tetap hidup, dan mengingatkan kita tentang kekayaan budaya yang harus dilestarikan dan dihormati. Dalam upaya melestarikan budaya dan tradisi ini, masyarakat Kampung Jajaway berbagi pengalaman yang menakjubkan dan memukau dengan dunia. Ini adalah salah satu contoh kekayaan budaya yang patut dicontohi, dan sebuah pengingat akan betapa beragamnya warisan budaya di seluruh dunia.