JABARTRUST.COM, BANDUNG, 18/10/24 – Gemuruh transformasi digital yang melanda semua aspek kehidupan, para penyanyi jalanan juga merasakan dampaknya. Jika dulu trotoar dan lampu merah adalah satu-satunya panggung bagi mereka, kini media digital telah membuka jalan baru yang memungkinkan mereka menjangkau audiens yang lebih luas tanpa harus berpindah tempat. Namun, perubahan ini juga membawa tantangan tersendiri bagi mereka yang terbiasa dengan interaksi langsung di jalanan.
Dari Trotoar ke Layar Digital
Bagi banyak penyanyi jalanan, media sosial seperti YouTube, Instagram, dan TikTok menjadi alat baru yang penting untuk mempromosikan karya mereka. Dengan hanya menggunakan ponsel dan koneksi internet, mereka bisa merekam dan membagikan penampilan mereka ke seluruh dunia.
“Awalnya banyak yang nggak tahu cara pakai YouTube. Teman-teman yang bantuin buat akun dan upload video. Ternyata banyak yang suka dan kasih dukungan. Itu bikin semangat buat terus berkarya,” ungkap Cepi Suhendar.
Era digital telah menghapus batas geografis, memungkinkan penyanyi jalanan yang sebelumnya hanya didengar oleh segelintir orang di kota mereka, kini bisa dikenal oleh audiens global. Bagi mereka yang berhasil memanfaatkan media digital, era ini bisa menjadi jembatan untuk meraih mimpi yang lebih besar.
Tantangan di Era Digital
Namun, tidak semua penyanyi jalanan dengan mudah dapat beradaptasi dengan era digital. Bagi mereka yang kurang familiar dengan teknologi, transformasi ini bisa terasa membingungkan dan menakutkan. Tidak jarang mereka kesulitan memahami cara mengelola akun media sosial, mengedit video, atau bahkan sekadar mengakses internet secara konsisten.
Selain itu, dengan begitu banyak konten yang beredar di dunia maya, tantangan lainnya adalah bagaimana membuat penampilan mereka menonjol di tengah lautan kreator konten lainnya. “Di jalanan, aku bisa langsung tahu reaksi orang yang mendengar nyanyianku. Tapi di internet, semua terasa lebih dingin. Kita nggak tahu apakah orang suka atau nggak sampai lihat jumlah like atau komentar,” ujar Hendra Ndru, seorang penyanyi jalanan yang sering menyanyi di Kawasan Sidolig Mie Kocok.
Bagi banyak penyanyi jalanan, interaksi langsung dengan pendengar adalah bagian tak terpisahkan dari pengalaman mereka bermusik. Sentuhan personal dan spontanitas yang mereka nikmati saat tampil di jalan tidak selalu bisa terjemahkan di layar digital.
Kolaborasi dan Dukungan Komunitas
Untuk menyikapi tantangan tersebut, beberapa komunitas penyanyi jalanan mulai bekerja sama untuk mendukung satu sama lain dalam menghadapi era digital. Mereka membentuk jaringan yang membantu para anggota belajar cara menggunakan teknologi, memproduksi konten digital, hingga mengelola kehadiran mereka di media sosial.
“Digital itu nggak harus jadi musuh. Kita bisa manfaatkan untuk saling bantu,” kata Cepi Suhendar, Ketua Kelompok Penyanyi Jalanan, komunitas penyanyi jalanan di Bandung. Komunitas ini kerap mengadakan workshop tentang cara memanfaatkan platform digital, sehingga penyanyi jalanan dapat memperluas jangkauan mereka serta produksi karya sekaligus fasilitasi HAKI, tanpa harus meninggalkan akar jalanan mereka.
Di samping itu, kolaborasi dengan musisi dan kreator konten lain juga menjadi cara untuk meningkatkan eksposur mereka di dunia digital. Beberapa penyanyi jalanan bekerja sama dengan influencer lokal untuk mengadakan diskusi yang tidak hanya membantu mereka mendapatkan lebih banyak produk dari hasil diskusi itu.
Menyelaraskan Dunia Offline dan Online
Meskipun era digital menawarkan banyak peluang, banyak penyanyi jalanan yang tetap setia pada panggung asli mereka jalanan kota. Bagi mereka, digitalisasi bukanlah pengganti melainkan pelengkap. Mereka melihat dunia online sebagai media lain untuk membagikan karya mereka tanpa harus meninggalkan identitas asli sebagai penyanyi jalanan.
“Digital itu bagus, tapi rasanya beda nyanyi di depan orang langsung. Ada interaksi yang nggak tergantikan, tapi juga pakai media sosial buat perkenalkan musikku ke orang yang lebih luas,” ujar Cepi.
Harmoni Baru di Era Digital
Era digitalisasi memang membawa tantangan baru bagi penyanyi jalanan, namun juga membuka banyak peluang. Bagi mereka yang mampu beradaptasi, media digital bisa menjadi panggung baru yang lebih luas, tanpa menghilangkan esensi musik jalanan yang autentik. Dengan kolaborasi komunitas dan dukungan teknologi, penyanyi jalanan kini bisa menyelaraskan dunia offline dan online, menciptakan harmoni baru yang tak hanya terdengar di sudut kota, tapi juga di layar gawai kita.