JABARTRUST.COM, BANDUNG, – Braga Festival dulunya adalah agenda tahunan yang rutin diselenggarakan oleh Pemkot Bandung. Terakhir kali diadakan pada masa kepemimpinan Walikota Ridwan Kamil dengan nama Braga Culinary Festival. Di era Walikota almarhum Oded, festival ini tidak diselenggarakan karena pandemi Covid-19, dan hingga tahun 2023 belum ada pelaksanaan kembali.
Meskipun begitu, beberapa festival tetap diadakan oleh komunitas seni dan budaya, seperti Nyorang Art Braga yang diselenggarakan pada pertengahan 2023. Hal ini disayangkan oleh warga, komunitas seni, pelaku UMKM, dan stakeholder pariwisata Kota Bandung.
Namun, Pemkot Bandung telah meluncurkan Braga Beken atau Braga Bebas Kendaraan setiap Sabtu-Minggu sejak 4 Mei 2024. Braga Beken disambut antusias oleh warga dan wisatawan, yang memadati kawasan ini setiap akhir pekan.
“Kami berharap setelah Braga Beken, Braga Festival dapat kembali digelar sebagai event favorit pariwisata Kota Bandung,” kata Didin, warga Karees Kulon Kec. Lengkong, Bandung, pada Sabtu malam, 26 Mei 2024.
Sejarah Braga Festival, seperti dilansir Kompasiana, pertama kali diadakan pada 30 Agustus hingga 3 September 1961 oleh Pemerintah Kota Bandung. Festival ini mirip dengan yang diadakan pada tahun 2010-an, menampilkan pameran dagang, berbagai lomba, dan pertunjukan hiburan, untuk menggalang dana bagi PON V di mana Bandung menjadi tuan rumah.
Sebanyak 16 band musik dan 30 stand tampil dalam acara ini. Selain itu, ada pertunjukan film, pagelaran busana, dan berbagai lomba. Untuk memasuki kawasan festival, pengunjung membayar karcis Rp5 untuk hari biasa dan Rp10 untuk hari Minggu.
Sejak 29 Agustus hingga 5 September 1961, sejumlah ruas jalan di sekitar area festival ditutup dari pukul 16.00 hingga 24.00, termasuk Persimpangan Tamblong/Naripan, Cikapundung Barat, dan Jalan ABC yang dilarang dimasuki semua jenis kendaraan. Jalan Lembong/Tamblong hingga Lembong Merdeka hanya tertutup untuk kendaraan becak.
Pembukaan festival dilakukan pada Rabu petang, 30 Agustus 1961, oleh istri Gubernur, Nyonya Mashudi. Pada hari pertama, 40.000 orang memadati festival, membuat panitia sibuk luar biasa.
Pada hari kedua, 31 Agustus 1961, Surat Kabar Pikiran Rakjat edisi 1 September 1961 melaporkan aktivitas perempuan yang disebut “Matjan Teu Nangan,” yaitu sekitar 50 perempuan mengikuti lomba foto dengan berjalan di depan penonton sebelum masuk ke ruangan untuk diambil gambarnya. Selain itu, ada “Matjan Keliaran,” di mana perempuan Kowad berjalan tegap.
Pertunjukan lain termasuk sulap oleh Dick Travel dan balet oleh sekolah balet pimpinan Yvonne Jacquet. Pada panggung terbuka, tampil band, angklung modern, dan reog. Dari 1 hingga 3 September 1961, ada pertunjukan fashion oleh Baby Huwae dan pemilihan ratu peragawati di Gedung Pusat Kebudayaan Jalan Naripan, serta lomba scooter.
Film yang diputar di Bioskop Dewi di Jalan Braga antara lain “Atlantis The Lost Continent” pada 30 Agustus 1961, “Cimarron” pada 31 Agustus 1961, “Unhappy Love” pada 2 September 1961, “Ben Hur” pada 2 September, dan “Gorgo” pada 3 September 1961.
Pada penutupan festival, mantan Wakil Presiden Mohammad Hatta hadir. Hasil lainnya, Deetje Dhawajuni tampil sebagai peragawati Marion Glamour School, dan Sumiati Adisubrata menjadi Ratu Vespa.
Braga Festival 1961 menunjukkan bahwa Bandung telah lama dikenal sebagai kota mode, musik, dan kreatif.