Jabartrust.com, Tasikmalaya – anggota Komisi IX DPR RI Hj Nurhayati Effendy, kembali mengunjungi Kota Tasikmalaya. Menyapa warga di kawasan sekitar hamparan Gunung Galunggung. Mengisi kegiatan promosi kesehatan edukasi stunting.
Kunjungan dikonsentrasikan di GOR Kelurahan Bantarsari, Kec. Bungursari. Promosi dan KIE Percepatan Penurunan Stunting di Wilayah Khusus, demikian nama kegiatan itu. Menghadiri acara, ratusan warga dengan dominan kaum perempuan dan beberapa ibu hamil.
Mendampingi Hj Nurhayati dan menjadi pemateri, Kepala UPT Balai Diklat Garut, Mayang Maryana, mewakili kepala BKKBN Jabar. Kemudian Plt Kadis PPKBP3A Kota Tasikmalaya, Yani Nurjamaniyah. Masih di ruangan itu tampak juga jajaran unsur Muspika Bungursari.
Di rangkaian awal sesi acara, Camat Bungursari Sodik Sonandi, menyampaikan ucapan selamat datang. Ia mengaku menyambut kedatangan dan kegiatan diusung. Dalam harapnya memberi stimulasi edukasi bagi masyarakat, untuk terus menekan angka stunting.
Setelah mengungkap maksud kedatangan dan maknai stunting, di sesi materi, Hj Nurhayati meyakini urusan stunting ini bisa diselesaikan. Dengan syarat ada kolaborasi, semua bisa bekerja sama. Ia pun ungkapkan dua pola penanganan yakni, intervensi spesifik dan sensitif.
“Insya Allah, stunting bisa kita selesaikan, asal yang berkepentingan maupun masyarakat semua berkolaborasi. Kita sama-sama, bahu-membahu untuk terus menekan prevalensi stunting”, ujar Nurhayati di hadapan yang hadir.
Perhatian menangani stunting, menurutnya, harus dimulai sejak terapkan pola hidup sehat, lingkungan rumah bersih, perhatikan sanitasi, gunakan selalu air bersih sehari-hari. Itu yang ia maksudkan menerapkan intervensi sensitif.
Sembari sedikit berkelakar ia soroti tren sekarang, “Seringkali orang hamil sekarang inginnya apa? Makanan Seblak! Nah bu, ini makanan yang hanya mengenyangkan tapi enggak ada nilai gizinya”, katanya.
Pesan lainnya dengan menerapkan intervensi spesifik yakni, selalu memerhatikan aspek asupan makanan, kesehatan. Setelah lahiran misal, bayi berikan ASI hingga enam bulan. Ibunya perhatikan makanan bergizi. Lalu perhatian berikutnya dengan masa 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
“Saya juga ingin mengajak memperhatikan, kalau di sini banyak yang stunting lihat pola makannya. Biasanya pola makan ibu-ibu ini terutama anak-anak gadis yang kebanyakan sekarang ini senang makanan-makanan banyak mengandung garam, gula, dan lemak. Ini harus dikurangi karena tiga makanan ini bisa mengakibatkan banyak penyakit tidak menular yang mematikan”, beber Hj Nurhayati.
Sempat ditanyakan pada aparatur yang hadir, langkah lancarkan intervensi spesifik seperti untuk penderita anemia dan konsumsi tablet penambah darah, sudahkah berjalan lancar. Dan, dijawab kepala Puskesmas Bungursari , dijalankan bahkan sampai kegiatan pemeriksaan kehamilan selain pemberian makanan tambahan.
Baru turun 0,1%
Ajakan lainnya anggota parlemen ini, membangun keluarga berkualitas. Ia lukiskan untuk mencapai keluarga berkualitas diawali dengan perencanaan kelahiran. Cukup punya anak dua orang daripada punya banyak tapi enggak keurus.
Di akhir sesi beri materi, Nurhayati mengungkapkan, berkenaan upaya nasional turunkan stunting dengan target pemerintah di tahun 2023, sebesar 17%, lalu di 2024, hingga 14%, tapi pada kenyataan pada 2023 masih di posisi 21,5%. Dengan begitu langkah yang dilancarkan baru dapat menekan turun sebesar 0,1%. Kondisi capaian yang padahal sudah banyak melibatkan lintas sektor.
Di beberapa daerah yang kami lihat, yang kami suka datangi itu malah stuntingnya sekarang meningkat. Nah ini ada apa? Apakah lantaran aspek nilai asupan makanannya yang banyak tidak bergizi atau apa? Bisa jadi kebiasaan senang konsumsi makanan-makanan yang justru mengandung zat-zat berbahaya.(Nonu)