JAKARTA.JABARTRUST.COM, – Ilmuwan memperingatkan bahwa virus influenza A H5N1, atau flu burung, berpotensi menjadi ancaman kesehatan global pada tahun 2025. Virus ini telah menyebar luas, menginfeksi unggas liar, sapi perah di beberapa negara bagian Amerika Serikat, dan bahkan kuda di Mongolia.
Menurut laporan dari IFL Science (28/12/2024), terdapat peningkatan signifikan dalam kasus flu burung di Amerika Serikat. Jika sebelumnya hanya ada dua kasus dalam dua tahun terakhir, kini jumlahnya melonjak drastis. Hal ini semakin mengkhawatirkan mengingat tingkat kematian akibat infeksi flu burung pada manusia mencapai 30 persen.
“Flu burung dengan cepat menjadi prioritas bagi pejabat kesehatan masyarakat,” tulis laporan tersebut.
Salah satu faktor yang membuat flu burung H5N1 tidak menular antar manusia adalah karena ketidakcocokan virus ini dengan reseptor manusia. Virus influenza membutuhkan struktur molekuler yang disebut reseptor sialik untuk dapat masuk dan bereplikasi dalam tubuh manusia.
Virus flu yang sangat beradaptasi pada manusia mampu mengenali reseptor sialik ini dengan sangat baik, memungkinkan penyebarannya di antara manusia. Sebaliknya, flu burung H5N1 lebih cocok dengan reseptor sialik pada burung, sehingga sulit menyebar di tubuh manusia.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa mutasi tunggal dalam genom H5N1 dapat meningkatkan kemampuannya untuk menular antar manusia. Jika mutasi ini terjadi, potensi pandemi global tidak dapat diabaikan.
Berbagai negara telah mulai menyusun rencana untuk mengantisipasi kemungkinan pandemi flu burung. Inggris, misalnya, telah membeli 5 juta dosis vaksin H5 untuk menghadapi ancaman tersebut pada tahun 2025.
“Pemerintah harus bertindak cepat jika virus ini mengalami mutasi dan mulai menular antar manusia,” kata para ahli.
Meskipun H5N1 belum memiliki kemampuan menyebar antar manusia, dampaknya pada kesehatan hewan sudah dirasakan secara signifikan. Wabah flu burung ini mengancam kesejahteraan hewan dan dapat mengganggu pasokan pangan, termasuk daging dan produk unggas lainnya. Hal ini diperkirakan akan memberikan tekanan besar pada ekonomi global di tahun 2025.