BANDUNG.JABARTRUST.COM, – Universitas Bandung tengah menghadapi krisis keuangan yang berdampak besar pada kesejahteraan dosen dan karyawannya. Selama tujuh bulan terakhir, mereka belum menerima gaji dari pihak Yayasan Bina Administrasi yang mengelola universitas tersebut. Situasi ini memicu keresahan dan ketidakpastian di kalangan staf akademik.
Riki Hardiansyah, staf akademik Universitas Bandung, mengungkapkan bahwa pihaknya masih terus mencari solusi terkait masalah ini. Salah satu opsi yang sedang dibahas adalah kemungkinan alih kelola yayasan atau pemindahan mahasiswa ke institusi lain.
“Tadi kita membahas soal keputusan dan tanggung jawab yayasan, apakah nantinya akan dilakukan alih kelola yayasan atau mahasiswa dipindahkan,” ujar Riki pada Kamis (26/12/2024).
Namun, hingga saat ini belum ada kejelasan dari pihak Yayasan Bina Administrasi. Bahkan, pertemuan langsung dengan ketua pengurus yayasan, Pak Uce, belum memberikan jawaban pasti. “Senin kemarin saya ke rumah ketua pengurusnya langsung, tapi belum ada jawaban yang jelas,” tambahnya.
Riki menilai bahwa pihak yayasan hanya memberikan janji tanpa langkah konkret. “Yayasan hanya menjanji-janjikan saja, misalnya tanggal tertentu gaji akan dikeluarkan atau operasional akan diurus. Tapi itu hanya janji tanpa ada rencana nyata,” katanya.
Permasalahan keuangan ini diduga bermula dari Fakultas Administrasi Bisnis, yang menjadi bagian dari Universitas Bandung setelah penggabungan dengan Fakultas Kesehatan dan Teknik. Meskipun kedua fakultas lainnya berjalan normal, dampak krisis ini tetap dirasakan secara menyeluruh.
“Fakultas Kesehatan dan Teknik sebenarnya tidak ada masalah apa-apa. Tapi karena sudah bergabung menjadi Universitas Bandung, kami ikut terkena imbasnya,” jelas Riki.
Meski dihadapkan pada krisis, kegiatan belajar-mengajar di Universitas Bandung masih berjalan normal, terutama di Fakultas Kesehatan dan Teknik. Beberapa dosen, bagaimanapun, memutuskan untuk mogok mengajar sebagai bentuk protes.
“Pembelajaran masih berjalan normal, bahkan ada mahasiswa yang akan ikut perlombaan. Tapi ada beberapa dosen yang mogok karena belum menerima gaji,” ungkap Riki.
Riki berharap Yayasan Bina Administrasi dapat bersikap lebih legowo dan realistis dalam menghadapi situasi ini. Jika alih kelola menjadi solusi terbaik, pihak yayasan seharusnya mendukung langkah tersebut demi keberlangsungan universitas.
“Yayasan harus legowo. Kalau memang tiga program studi sudah ditutup, kenapa tidak dibubarkan saja staf dan yang lainnya? Atau alih kelola yayasan agar semuanya bisa berjalan lebih baik,” katanya.
Sebagai informasi, dosen dan karyawan Universitas Bandung belum menerima gaji selama tujuh bulan akibat krisis keuangan yang dialami Yayasan Bina Administrasi. Kondisi ini menjadi tantangan besar bagi universitas yang tetap berusaha mempertahankan proses pendidikan di tengah keterbatasan.