JABARTRUST.COM, BANDUNG — Hampir dua tahun kita diberikan pandemic covid-19 yang menyebabkan banyak nya korban jiwa. Semua kegiatan yang mengharuskan bertemu dengan banyak orang pun terpaksa diberhentikan untuk menghindari kemungkinan akan terkena covid-19 ini seperti sekolah, perkantoran, bahkan restoran pun tidak menerima untuk makan di tempat. selain korban jiwa, dampak dari pandemic ini adalah turun nya perekonomian di Indonesia karena banyak masyarakat yang di PHK. Karena pendemic ini pun banyak acara-acara yang terpaksa harus postponed yang berdampak kepada banyak pihak. Termasuk mereka yang mendapatkan penghasilan dari sebuah event pun terpaksa harus diberhentikan karena ada nya larangan untuk mengadakan sebuah acara.
Dua tahun berlalu, larangan-larangan pun mulai dilonggarkan Kembali. Sekolah-sekolah, perkantoran dan restoran sudah mulai beraktivitas seperti sedia kala namun dengan pembiasaan diri untuk tetap menggunakan masker. Acara-acara pun mulai diizinkan Kembali namun dengan kapasitas yang dibatasi. NPF (Now Playing Festival) adalah konser music pertama yang Kembali berkibar setelah sekian lama. Event ini berhasil mengobati rasa rindu khalayak terhadap konser music dan menjadi patokan keberhasilan untuk para pembuat festival-festival music lainnya. Setelah NPF, mulai bermunculan lah festival music yang lain, dengan line up yang beragam menyesuaikan selera music di pasaran. Hampir setiap bulan festival music ini ada diberbagai kota, seperti balas dendam karena sempat terhenti selama dua tahun lama nya.
Namun, banyak oknum yang menyalah gunakan moment ini !!
Festival music mulai bertebaran dimana-mana, saling mengambil hati para penikmat music untuk datang ke festival music yang mereka buat. Berbagai macam konsep mereka lakukan untuk menarik perhatian. Tanpa mereka sadari, akhirnya mereka pun lupa dengan tujuan awal. Awalnya ingin mengobati rasa rindu terhadap music, hingga akhirnya tergiur oleh nominal yang tidak sedikit. Yang ada dipikirannya hanya keuntungan, keuntungan dan keuntungan. Mereka menjual tiket sebanyak-banyak nya tanpa melihat kapasitas tempat apakah memadai atau tidak, tanpa mereka pikirkan kenyamanan penonton seperti apa, hanya demi ego mereka yang harus terpuasi.
Dampak dari ego itu adalah kegagalan dalam acara tersebut, mulai dari event yang berjalan namun banyak sekali kendala seperti penonton yang melebihi kapasitas tempat dan akhirnya terpaksa diberhentikan hingga uang yang dibawa kabur oleh promotor. Hal ini tentunya merugikan banyak pihak seperti panitia lain yang tidak terlibat, para artis dan management yang seharusnya mereka bisa menghibur dengan maksimal, hingga penonton yang merasa dirugikan karena tidak mendapatkan apa yang mereka harapkan padahal mereka sudah membeli tiket sesuai dengan yang dicantumkan. Apakah ini termasuk dampak dari pandemic selama dua tahun ini sehingga mereka tidak bisa menahan ego mereka sendiri demi kesenangan pribadi?
Dampak dari para oknum tersebut pun berbuntut Panjang. Kini para EO yang benar-benar akan mengadakan acara terhambat karena sulit nya mendapatkan sponsor. Para perusahaan seperti memiliki krisis kepercayaan sehingga tidak yakin untuk terlibat dalam acara tersebut. Karena keegoisan oknum, mereka yang tidak terlibat pun ikut terdampak. (KNH)