Hujan sebagai Karunia Berkah Alam dan Peringatan Spiritualitas

JABARTRUST.COM, KOTA BANDUNG – Hujan fenomena alam yang begitu umum terjadi di seluruh dunia, dalam pandangan Islam memiliki makna yang mendalam sebagai karunia dan rahmat dari Allah SWT. Sinyo Hendrik, mengungkapkan bahwa hujan bukan hanya sekadar proses kondensasi uap air di atmosfer, tetapi juga sebuah tanda kebesaran Allah yang penuh dengan hikmah dan manfaat bagi kehidupan umat manusia. Hujan yang sering kali ditunggu, juga mengandung pelajaran spiritual yang penting bagi umat Islam.

Dalam Alquran, Allah berfirman bahwa hujan adalah bentuk berkah yang diturunkan dari langit untuk memenuhi kebutuhan umat manusia dan seluruh makhluk hidup. “Allah menurunkan hujan dari langit dengan penuh keberkahan,” ujar Sinyo Hendrik, Selasa, (19/11/2024), mengutip Surah Qaaf ayat 9 yang berbunyi, “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.”

Ayat ini mengandung pesan bahwa hujan memiliki peran yang sangat besar dalam kelangsungan hidup makhluk hidup, terutama dalam pertanian. Hujan memberi kehidupan pada tanah yang kering dan menyuburkan tanaman yang menjadi sumber pangan bagi manusia dan hewan. “Dengan hujan, Allah menumbuhkan pohon-pohon dan biji-bijian yang memberikan manfaat bagi kita semua. Ini adalah salah satu tanda rahmat Allah yang luar biasa,” kata Sinyo Hendrik.

Baca Juga :  Berbagai Macam Lomba Meriahkan HUT RI Ke 77 Di SMAN 8 Cirebon

Hujan adalah manifestasi dari keseimbangan alam yang telah diciptakan oleh Allah SWT. Dalam Surah Az-Zukhruf ayat 11, Allah berfirman, “Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan), lalu kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur).”

Sinyo Hendrik menjelaskan bahwa turunnya hujan sesuai dengan kebutuhan makhluk hidup adalah salah satu bukti bagaimana Allah menciptakan dunia dengan keseimbangan yang sempurna. Allah menurunkan hujan tidak lebih atau kurang dari apa yang dibutuhkan. “Hujan yang turun sesuai dengan kadar yang diperlukan adalah bagian dari keseimbangan alam. Allah menjaga keseimbangan ini agar semua makhluk-Nya bisa hidup dan berkembang dengan baik,” ujarnya.

Namun, jika terjadi bencana seperti banjir, Sinyo Hendrik mengingatkan bahwa itu bukanlah akibat dari kesalahan alam semesta, tetapi kerusakan yang dilakukan oleh tangan manusia, seperti penebangan hutan, pembangunan yang tidak ramah lingkungan, dan perusakan alam yang mengganggu proses alami tersebut.

Dalam Islam, hujan juga dimaknai sebagai sarana penyucian bagi umat manusia. Dalam Surah Al Anfal ayat 11, disebutkan bahwa hujan yang diturunkan Allah berfungsi untuk mensucikan hati dan tubuh umat-Nya. Ayat ini berbunyi, “(Ingatlah), ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu penenteraman daripada-Nya, dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan memperteguh dengannya telapak kaki(mu).”

Baca Juga :  Gempa Berkekuatan 5.5 Guncang Pangandaran, BMKG Imbau Warga Tetap Waspada

“Secara spiritual, hujan memiliki manfaat untuk menyucikan hati dan tubuh umat Islam. Selain itu, hujan juga berfungsi untuk menghilangkan gangguan syaitan, memperkuat hati, dan memberi ketenangan,” kata Sinyo Hendrik. Hal ini mengajarkan bahwa setiap fenomena alam, termasuk hujan, memiliki dimensi spiritual yang sangat penting bagi umat Islam dalam memperkuat hubungan mereka dengan Allah.

Sinyo Hendrik juga mengutip sebuah hadits yang menggambarkan betapa hujan bisa menjadi pengingat bagi umat Islam akan kekuasaan Allah. Nabi Muhammad SAW menunjukkan ketakutannya ketika melihat mendung atau angin yang datang, karena ia khawatir itu adalah tanda kemurkaan Allah. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah RA, dikatakan bahwa, “Jika Rasulullah SAW melihat mendung atau angin, maka raut wajahnya pun berbeda. Wahai Rasulullah, jika orang-orang melihat mendung, mereka akan begitu girang, mereka mengharap-harap agar hujan segera turun. Namun berbeda halnya dengan engkau. Jika melihat mendung, terlihat wajahmu menunjukkan tanda tidak suka,” Rasulullah SAW menjawab, “Wahai Aisyah, apa yang bisa membuatku merasa aman? Siapa tahu ini adalah azab. Dan pernah suatu kaum diberi azab dengan datangnya angin (setelah itu). Kaum tersebut (yaitu kaum ‘Aad) ketika melihat azab, mereka mengatakan, ‘Ini adalah awan yang akan menurunkan hujan kepada kita.” (HR Bukhari dan Muslim)

Baca Juga :  Baznas Beli Jas Untuk Pimpinan Seharga 5 Juta Diduga dari Dana Umat

Sinyo menjelaskan, hadits ini mengajarkan bahwa hujan, meskipun sering dinantikan, juga bisa menjadi pengingat bagi umat Islam untuk selalu takut akan kemurkaan Allah. Hujan yang datang bisa menjadi tanda rahmat, tetapi juga bisa menjadi peringatan atau azab bagi umat manusia yang tidak menjaga hubungan baik dengan Allah.

Dari berbagai penjelasan tersebut, Sinyo Hendrik mengajak umat Islam untuk bersyukur atas nikmat hujan dan memahami bahwa setiap fenomena alam yang terjadi, termasuk hujan, memiliki hikmah dan tujuan yang lebih besar dari Allah. “Hujan mengajarkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah dan untuk menjaga alam ini agar tetap dalam keseimbangan,” ujarnya. Selain itu, hujan juga mengingatkan umat Islam untuk selalu berhati-hati dan memohon perlindungan kepada Allah dari segala bentuk azab.

Sinyo Hendrik menutup pembicaraannya dengan menyatakan bahwa hujan tidak hanya memberikan manfaat fisik, seperti untuk pertanian dan penyediaan air, tetapi juga memberikan manfaat spiritual yang mengingatkan umat Islam akan Kekuasaan Allah yang Maha Besar. Dengan demikian, setiap tetes hujan adalah berkah yang patut disyukuri, serta menjadi kesempatan untuk memperbaiki diri dan memperkuat iman kepada Allah SWT.