Memaknai Keteguhan Iman di Tengah Dinamika Zaman

JABARTRUST.COM, KOTA BANDUNG – Sebuah tempat ruang belajar sederhana di salah satu sudut Kota Bandung, Sinyo Hendrik menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya keteguhan iman dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Di hadapan sekelompok anak muda, ia mengajak untuk merenungkan makna kehidupan melalui kajian spiritual yang semua dapat berfokus pada nilai ibadah, serta pada penguatan mental dan emosional.

Sinyo memulai diskusi dengan membahas konsep tafaqquh, yang berarti mendalami dan memahami. Menurutnya, banyak orang saat ini menjalani hidup tanpa arah yang jelas karena tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang tujuan hidup mereka. “Pertanyaannya sederhana, ke mana kita akan pergi? Apa yang menjadi tujuan kita dalam hidup ini?” ujar Sinyo, sudut ruang depan kelas, Kota Bandung, Kamis, (28/11/2024), sembari menuliskan pertanyaan reflektif itu di papan tulis.

Baca Juga :  Taruna Tingkat III Akmil Gelar OJT di Yonif Raider 300

Ia menekankan bahwa orang beriman tidak boleh lemah dan mudah bersedih. Sinyo percaya bahwa kelemahan bukanlah sifat alami yang harus dipelihara, melainkan sesuatu yang harus ditinggalkan. “Kita harus berjuang untuk keluar dari kondisi mental yang lemah dan beralih menuju kekuatan batin yang didasari oleh keyakinan dan keteguhan hati,” tegasnya.

Untuk mencapai hal tersebut, Sinyo menguraikan tiga langkah utama yang perlu dijalani setiap individu. Mengosongkan Diri dari Hal Negatif (Takhliah). Langkah pertama adalah melepaskan diri dari sifat-sifat buruk seperti rasa malas, pesimis, dan ketergantungan pada hal-hal duniawi yang tidak membawa manfaat.

“Kita sering kali terjebak dalam pola pikir negatif yang membuat kita tidak produktif. Oleh karena itu, penting untuk membersihkan diri dari hal-hal yang merugikan,” kata Sinyo.

Baca Juga :  Memoar Musik Underground Bandung “Tragedi AACC” 14 Tahun Lalu

Mengisi Diri dengan Nilai-Nilai Positif (Tahliyah). Setelah membersihkan diri, langkah berikutnya mengisi jiwa dengan nilai-nilai positif seperti kejujuran, rasa syukur, kesabaran, dan cinta kepada sesama.

“Kekosongan dalam diri harus segera diisi dengan hal-hal yang baik, karena jika tidak, kekosongan itu akan diambil alih oleh hal-hal yang negatif,” jelasnya.

Memperkuat Pemahaman dan Kesadaran (Tahqiq al-Wa’iyah). Langkah terakhir memperkuat pemahaman dan kesadaran akan tujuan hidup dan peran kita di dunia ini. Sinyo menyebutkan bahwa kesadaran ini hanya bisa diperoleh melalui pembelajaran terus-menerus dan pengalaman hidup.

“Kita harus terus belajar dan memperbaiki diri agar semakin dekat dengan tujuan hidup yang sebenarnya,” tambahnya.

Dalam sesi diskusi tersebut, Sinyo juga menggarisbawahi pentingnya konsistensi atau istiqamah dalam menjalani kehidupan. “Tidak ada perubahan yang bisa terjadi jika kita hanya melakukannya sesaat. Kunci keberhasilan terletak pada keteguhan hati dan konsistensi dalam bertindak,” katanya.

Baca Juga :  Breaking News: Kebakaran Melanda Pabrik Kapas PT. Kasta Timbul, Bandung

Ia juga menekankan bahwa iman tidak hanya soal hubungan vertikal dengan Allah, tetapi juga harus diwujudkan dalam hubungan horizontal dengan sesama manusia. “Iman yang sejati adalah iman yang diwujudkan dalam tindakan nyata. Kita harus mencintai Allah, mencintai sesama, dan mencintai ilmu pengetahuan,” ungkap Sinyo.

Pesan Sinyo Hendrik pada pagi itu memberikan inspirasi, di tengah derasnya arus modernisasi yang sering kali membuat orang kehilangan arah, pengingat akan pentingnya iman, pemahaman diri, dan keteguhan hati menjadi sesuatu yang sangat relevan. Bagi banyak orang, pesan ini bukan hanya sebuah teori, tetapi sebuah panduan hidup yang bisa membawa menuju kehidupan yang lebih bermakna.