Jabartrust.com, Bandung — Jabar Quick Response (JQR) menggelar kegiatan Jurnalis Sadar Risiko Bencana 2023, sebagai upaya meningkatkan pemahaman wartawan atau jurnalis ketika melakukan peliputan kebencanaan.
Kegiatan tersebut diikuti oleh puluhan jurnalis yang berasal dari beragam organisasi profesi, seperti Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI), Wartawan Foto Bandung (WFB), Pewarta Foto Indonesia (PFI), dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).
Ketua Pelaksana Jurnalis Sadar Risiko Bencana 2023, Hari Brahma mengatakan kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman, tentang pentingnya keselamatan bagi jurnalis saat melaksanakan tugas peliputan di lokasi bencana.
Menurutnya dengan terbentuknya kesadaran akan risiko bencana, maka dapat membentuk budaya tanggap bencana. Sehingga diharapkan terbentuk juga karakter siap siaga dengan melakukan langkah tepat dan cepat ketika terjadi bencana.
“Ketepatan dan kecepatan mencari informasi dapat tersampaikan kepada masyarakat dengan baik, tanpa mengesampingkan keselamatan jurnalis di lapangan,” ungkapnya di sela-sela kegiatan di Bale Bambu Adventure Resort, Bandung, Selasa (30/5/2023).
Ia menerangkan untuk menjadi jurnalis yang memiliki pemahaman mumpuni terhadap risiko dari sebuah kejadian bencana, maka tidak cukup hanya dengan mengikuti satu seminar saja. Lebih jauh, kegiatan ini dapat memicu kegiatan pelatihan kebencanaan lainnya khususnya bagi para jurnalis.
“Tapi semoga dengan adanya Jurnalis Sadar Risiko Bencana ini, wacana terkait pentingnya keahlian self rescue pada situasi bencana dapat lebih populer di kalangan masyarakat, terutama rekan-rekan jurnalis,” ujarnya.
Hari menerangkan narasumber yang disajikan berasal dari praktisi-praktisi yang berkompeten. Selain praktisi terdapat juga narasumber dari BNPB Pusat dan BMKG.
Sementara itu, suksesnya kegiatan Jurnalis Sadar Risiko Bencana 2023 ini sendiri tak lepas dari dukungan Eiger, Bank BJB dan PT. MUJ yang turut berpartisipasi memeriahkan acara.
Kegiatan Jurnalis Sadar Risiko Bencana 2023 sendiri berisi materi terkait Jurnalistik dan Humanisme yang disampaikan oleh salah satu Jurnalis Senior, Arbain Rambey serta Herlina Agustin, salah satu dosen perguruan tinggi Universitas Padjajaran.
Selain itu, juga disampaikan materi pelatihan Safety and First Aid Awareness oleh Dr Jo Wempi Wanikam, Pengenalan High Angle Rescue Technic dan Water Rescue oleh Dondy Raharjo serta Tony Dumalang, Manajemen Perjalanan dan Survival oleh Galih Donikara dan Sony Takariadi.
Ditambah tentang Manajemen Operasi Kebencanaan dan Operasi SAR oleh Dodi Yuleova dan Soma Suparsa, serta Peta Potensi Rawan Bencana di Indonesia oleh Admiral Musa Julius.
Salah satu pemateri seminar kegiatan, Arbain Rambey berharap kegiatan yang sudah dilaksanakan selama 2 tahun berturut-turut ini, bisa memberikan dampak positif bagi jurnalis di Indonesia. Sehingga kedepannya wartawan yang meliput kebencanaan di Indonesia mengerti fungsi dan posisinya dalam sebuah bencana.
“Harapannya ini mengingatkan kita bahwa jurnalis perlu juga mengilhami kegiatan seperti ini, diadakan tiap tahun secara teratur yang sudah diadakan secara 2 tahun makin banyak yang mengikuti liputan-liputan kebencanaan di indonesia makin baik dan wartawan-wartawan akan mengerti fungsi dan posisinya dalam sebuah bencana,” jelasnya.
Kepada peserta yang hadir, Arbain juga mengingatkan bahwa bagi Jurnalis, menolong tidak harus selalu dengan tangan, tapi juga dengan liputan yang menggugah dan menggerakan orang untuk memberikan bantuan.
“Menolong tidak harus dengan tangan dengan kamera (juga) bisa menolong,” ujarnya.
Salah seorang peserta wartawan, Dicky Miswara menyambut baik diadakannya pelatihan Jurnalis Sadar Risiko Bencana 2023, karena ilmu yang didapatkan selama pelatihan jurnalis ini sangat diperlukan.
Sebab pemahaman seorang wartawan saat berada di lokasi bencana harus terus diasah dan mempersiapkan diri agar setiap saat seorang wartawan siap siaga.
“Apalagi pelatihan kegiatan kebencanaan ini sangat jarang dilakukan, hanya Jabar Quick Response dan ini diadakan setiap tahun. Bencana di Jabar tiap tahun selalu ada, dan jurnalis harus siap, selain melakukan peliputan, kita juga bisa menyelamatkan diri saat kegiatan peliputan,” tambahnya. (rio)