Miris, Balita Hidrosefalus Asal Kota Bandung Ini Belum Tersentuh Bantuan Pemerintah

Jabartrust.com, Bandung – Askyla Furi Aziza, balita berusia 1 tahun 7 bulan penderita hidrosefalus yang harus terbaring lemah tak berdaya di atas tempat tidurnya.

Askyla kini tinggal bersama neneknya Yayah (50) dan Agus Kusnadi (50) di sebuah kontrakan kecil yang berlokasi di Jalan Aki Padma RT 06/06, Kelurahan Babakan, Kecamatan Babakan Ciparay, Kota Bandung hidup serba kekurangan.

Dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya, termasuk susu dan pampers Askyla, Yayah hanya mengandalkan usaha warung kecil-kecilan yang di buka di depan kontrakannya. Sang kakek, Agus saat ini menganggur setelah dipecat dari tempat kerja sebagai sekuriti di sebuah ekspedisi pengiriman barang.

Hidup Askyla sangat memprihatinkan, karena dia tidak bisa merasakan belaian dan kehangatan kedua orang tuanya Lida Anggraeni (19) dan Andri Kurniawan (20).

Baca Juga :  Deklarasikan Pemenangan Ganjar Pranowo untuk Presiden RI, Juragan Segera Terjun ke Masyarakat

“Ibunya sudah menikah lagi. Sedangkan ayahnya belum datang lagi kesini. Jadi, kita sebagai kakek dan neneknya yang mengurus segala keperluannya mulai dari lahir hingga saat ini,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya, Selasa (16/5/2023).

Yayah menceritakan bahwa Askyla lahir secara prematur dengan kandungan 8 bulan 4 hari. Saat lahir, hanya memiliki berat badan 2 kilo dan tinggi 48 cm.

Awalnya, kondisi Askyla normal sampai menginjak usia 40 hari pasca kelahiran, timbul benjolan berisi cairan. Saat diperiksa oleh dokter di Rumah Sakit (RS) Avisena, Ia didiagnosis menderita hidrosefalus, kemudian dirujuk ke RSHS Bandung.

Setelah dirujuk ke RSHS Bandung, Ia masuk ke ruang IGD dan menjalani dua kali operasi. Operasi pertama dilakukan saat usianya 2 bulan, dan operasi kedua saat usianya 8 bulan.

Baca Juga :  Wisata Alam Cigunung Tugu Jadi Pilihan Saat Libur Lebaran untuk Healing

“Askyla lahir prematur, karena ibunya mengalami mules dan keluar pendarahan. Awalnya normal, pas sudah syukuran (usia 40 hari) muncul benjolan cairan di kepala,” ujar Yayah.

Pasca operasi itu, hingga usia Askyla menginjak 2 tahun belum ada lagi perawatan yang serius, hanya dilakukan terapi selama 6 bulan sekali yang segala pembiayaannya ditanggung oleh BPJS.

Padahal, kondisi Askyla semakin parah. Anak yang berjenis kelamin perempuan itu bahkan sering kejang-kejang, sehari hampir 8 kali kejang. Tentunya kondisi itu sangat mengkhawatirkan, kondisinya yang lemah dan tubuhnya yang kurus kering.

“Ya, sering kejang, dulu sehari hampir 8 kali kejang. Pas kejang kondisinya seperti struk. Ya, kasih tapi gimana lagi,” katanya.

Baca Juga :  Jadi Pantai Terkotor Nomor 3 Versinya, Pandawara Ajak Masyarakat Bersihkan Pantai Kesenden

Kendati demikian, Yayah tetap merasa kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari Askyla dan keluarganya karena kondisi ekonomi yang serba pas-pasan. Dia mengaku bahwa belum pernah menerima bantuan yang datang dari pemerintah.

“Dulu ada bantuan dari lembaga zakat dan dari donasi. Dari pemerintah sampai saat ini belum pernah,” ucapnya.

Yayah berharap pemerintah dan orang dermawan mau membantu biaya perawatan dan kebutuhan Askyla. Hal itu, karena dia yakin cucu pertamanya itu bisa sembuh dan kembali normal.

“Pengen bantuan pengobatan dan kebutuhan Askyla seperti susu, pampers dan lain-lain. Ya, mudah-mudahan pemerintah bisa membantu,” tambahnya. (rio)